.jpeg)
Berikut Sejarah dan makna ukiran masjid jami’ Air Tiris Tanjung Berulak dari Buku RS H. Abbas Hasan oleh Mahasiswa Universitas Lancang Kuning program kerja Bina desa Tanjung Berulak tahun 2025 Ke - 4 tentang Pariwisata.
A. Sejarah Mesjid Jami’
Pasar kenegrian air tiris tepatnya di tengah tengah dan di pasar orang sangat ramai sedangkan mushola juga tak ada. Ada satu nama Datuak ongku mudos ongkal. Asal usulnya Tapanuli selatan. Jadi masyarakat disini pergi ke pasar dan melihat orang-orang penganut agama Islam tidak memiliki tempat ibadah.
Jadi Datuk ongku Mudo songkal yang membawa mufakat musyawarah membikin masjid, jadi di situlah dikumpulkan seluruh masyarakat untuk mencari titik untuk pembangunan masjid. Jadi Datuk itu melihat contoh masjid Demak, Datuk ongku Mudo songkal melihat contoh masjid Demak bukan dengan cara pergi kesana melainkan dengan cara menutup mata dan memfokuskan diri, jadi orang dulu tidak sama dengan orang yang sekarang,kalau sekarang orang melihat dengan gambar yang berbeda di sosial media kalau orang zaman dulu tidak.
Setelah melalui persiapan bahan selama satu tahun diadakannya musyawarah ninik mamak Xll kenegerian air tiris kapan sebaiknya dilakukan penegakan tiang-tiang tersebut. Setelah mendapatkan kesepakatan di undanglah masyarakat serta pemerintah afdeling bangkinang, yaitu demang dan nyonya. Masyarakat air tiris yang terdiri dari 20 bajau itu mengadakan perelatan besar dengan menyembelih beberapa kerbau yang dimasak makan Bersama. Dimintakan sumbangan beras yang diletakan dalam tempayan besar segala persiapan berupa jambau nasi dan jambau kawa juga dibawa oleh masyarakat dengan gembiranya karena sudah didepan mata sebuah masjid besar berdiri tegak di banjau mereka.
Nilai yang tinggi disaat itu adalah beberapa tingginya wibawa ninik mamak dapat menambakan rasa tanggu jawab kepada para kepala banjau maupun diantara sesama anggota masyarakat dengan mengamalkan petitih ka bukit sama mendekati, kelurah sama menurut terhujan dalam diri orang. Tidak ada berat yang tidak terpikul dan tidak ada yang ringan dapat dijinjing.
Di hadapan mereka tergambar satu bangunan masjid hasil keringat mereka sendiri. Penjajahan belanda waktu tidaklah menjadi sesuatu yang harus dihiraukan bahkan malah mereka datang mengerhagai undangan ninik mamak.
Seluruh tukang yang telah ada saat itu mempersiapkan pekerjaannya masing masing, mengikat tiang. Tiang menayang akan didirikan lebih awal, memasang skor pembantu meluruskan tega tiang dan sebaiknya. Pekerjaan ini dipimpin oleh kepala tukang bernama H. Ibrahim dari batu belah.
Selesai makan Bersama dan memanjatkan doa kehadirat ilahi rabbi, memohon agar pekerjaan ini dapat diselesaikan dengan ridha nya. setelah membaca bismilah dan shalawat nabi, H Ibrahim mengomandokan agar tali dondan dihela untuk dapat tegaknya tiang pertama, yaitu tiang yang paling besar dengan ukur tinggi 20 meter dengan garis lingkaran 135 cm.
Saat ini berlangsung terjadi suatu keajaiban. Begitu ramainya masyarakat menarik tali dondan dan semangat tinggi tian tersebut tidak bergerak sama sekali demi firasat DT. Ongku Mudo songkal, barangkali penyebab adalah tidak boleh dihadiri oleh orang non.muslim yaitu tuan dan nyonya controleur yang saat itu berada duduk bagian depan. Selama mereka berada disini masyarakat tidak mau meneruskan pekerjaanya. Saran H Mustafa ini dipahami dengan baik dan kemudian tampak tuan dan nyonya meninggalkan upacara.
Baru saja Demang dan Nyonya hilang dari pandangan orang banyak, Dt.Ongku Mudo Songkal mengomandakan supaya dondan ditarik secara serentak. Kelihatan tiang itu bergerak arah ke atas agak lurus berjalan dengan lancar. Semua sesuai ukuran dan kukuh, tidak dipaku dan tidak di pasak. Hari demi hari tampaklah kerangka masjid secara lengkap dan dindingnya belum terpasang.
Ada sesuatu keajaiban lagi bagi masyarakat jumpai dalam acara pemasangan Menara induk dengan gonjang setinggi 3 M. jarak dari tanah ke tempat pemasangan gondang masjid ini 20 M. Tidak ada seorang tukang pun yang bersedia melaksanakan pemasangan gonjang ini. Ninik mamak XII kenegerian air tiris mengadakan pertemuan dan membincangkan siapa kira-kira yang di pandang yang sanggup memasang menara dan gonjang menara masjid tersebut. Akhirnya ninik mamak menyepakati menunjuk H. Ibrahim menyampaikan kesepakatan mereka kepada beliau. Tetapi dengan syarat harus dipikul oleh ninik mamak sebagai berikut :
“andaikata saya jatuh dari memasang Menara gonjang masjid ini yang berakibat saya patah atau meninggal dunia, ninik mamak XII kenegerian air tiris bertanggung jawab memberi belanja anak istri saya sebagaimana layaknya saya masih hidup”.
Selanjutnya untuk pemasangan empat penjuru dinding diserahkan kepada 4 orang tukang memimpin bagian masing-masing:
- TUSIN dari banjau kampung Panjang pemimpin pekerjaan dinding bagian utara.
- TAN ANEH dari banjau simpang kubu memimpin pekerjaan dinding bagian selatan.
- SALIM dari banjau ranah memimpin bagian timur.
- MAAHUdari banjau batu belah memimpin pekerjaan dinding bagian barat.
Masjid ini secara resmi aktif tahun 1904 M atau 1822 H. para petugas ini tidak memperoleh gaji atau pemberian lain nya. Mereka dibebaskan dari pembayaran rodi dan blasting pajak.
B. Kontruksi dan Komposisi Mesjid Jami'
- Konstruksi
Masjid ini dibangun dari konstruksi bertulang kayu. Kayu yang diambil dari hutan dengan ukuran 3 x pemelukan manusia dewasa. Sebagai contoh 4 tiang penyanggah berukuran tinggi 20 M, Panjang lingkaran 135 CM, ambang dengan ukuran 18,7 M, rasuk 18,50 M sesuai dengan ukuran masjid 18x18 M. lobang tempat meletakkan rsuk lebih lebar dari punting rasuk yang akan digunakan, sehingga untuk pengukuhannya tidak menggunakan pasak, jadi dengan ukuran yang pas. Rasuk dan ambang di lantai pertama berjumlah :
- Rasuk : Rasuk pada masjid Djami hanya 6 buah, masing-masing Panjang
- 18,50 m tidak bersambung, tebal 5,5 cm, lebar 16,5 cm. setiap
- Rasuk mengikat 6 buah lobang tempat meletakkan rasuk ini
- Lebar 6 cm, dan tinggi 17 cm. susunannya letaknya dari utara Ke selatan.
- Ambang: diatas ghasuk diletakan 48 buah, Panjang 18,7 bersambung, tebal cm dan lebar cm. letaknya melintang ghasuk yaitu dari barat ke timur di atas ambang ini disusunlah lantai pangan.
- Bendul : di ujung pangkal ambang ini dan di 2 sisi lainya dipasang bendul tempat duduk dinding masing masing, panjangnya 17,85 M, tebal 9 CM, lebar 20 CM. bendul ini tidak pakai sambung. Dinding sebelah utara, barat dan timur dengan letak miring bagian selatan pakai terawang dengan bermacam motif.
Jarak antara lantai pertama dengan tanah 1,25 M, jarak lain latai pertama dengan loteng pertama 12 M, dan antara loteng pertama dengan loteng kedua 6 CM. untuk menghindari makan rayap atau menghindari dari yang mungkin membuat sarang dibawah tiang, maka tiang dilandasi dengan batu atau sondi. Sekarang batu sondi telah dibuka dan lantai dasar segmentasi , yang kemungkinan dari dasar tanah semut dan anai-anai akan membuat sarang dan lama kelamaan tiang akan menjadi lapuk.
- KOMPOSISI
Apabila kita lihat Djami’ dari depan, bangunan ini berbentukn LIMAS ( Kerucut, Piramida). Tiga banguan yang satu berlenggek tiga,yang disebut Mihrab, yang satu berlenggek empat atau induk atau masjid dan di belakang kita lihat Menara tempat azan. Bangunan yang berlebggek tiga bertiang 4 buah dinamakan “Mihrab”, yang berlenggek 4 atau indak mempunyai tiang 36 buah yang jarak antra tiang 3,5 M .Lantai pertama berjarak 1,25 M dasar tanah. Mesjid ini disangga oleh :
- 40 buah tiang yang bertumpu pada 40 buah sondi.
- 3 buah pintu masuk terbuat dari kayu TANTANGU ( satu pintu masuk bagian Selatan, dua pintu masuk bagian timur
- Lantai pertama terbuat dari kayu rangau,dan 16 daun jendela
- Dinding rbuat dari kayu rangan dn tembusu
- Dinding tipis tapi kuat oleh lidah -lidah dan tidak menyusut.
- Bagian depan terdapat dua mimbar yaitu mimbar untuk imam dan mimar untuk khatib.
- Terdapat sebuah tempayan besar yang dulu digunakan tempat mengumpal beras saat akan,menegakan tiang pertama, tinggi 70 cm dan tebalnya 3 cm.
Ada 4 tiang penyangga yang terbuat dari kayu KAPINI dengan ukuran tinggi 20 m dengan garis lingkar 135 cm. satu tiang diukur. dengan kalimat BASMALAH dan satu tiang diukur dengan kalimat BISMILLAHIRROHMANIROHIM.
Bila kita melihat ini,banyak yang menyangka bahwa ukuran itu bolak-balik, sebenarnya bukan demikian. Ahli sei menamakan ukuran dengan seni bayangan. Bila kita ingin membacakannya dengan mudah lakukanlah dengan cara menutup sebelah melintang bkan dengan memotong, nantik akan terlihat kalimah benar.
Tiang penyanggah itu diapit oleh 12 buah tiang dengan ukuran tinggi 14 m dengan garis lingkar 110 cm, serta 24 buah tiang keliling dengan ketinggian 3,5 m dengan garis lingkar 80 cm (penulis ukur sendiri). Susunan tiang ini adalah berderet 6 ke kiri dan 6 ke kanan dan 4 buah tiang induk.
- 4 buah tiang penyangga berarti mendakan 4 jinih
- 12 buah tiang pengampit menandakan ninik mamak Xll kenergian air tiris
- 20 buah tiang keliling berarti 20 banjau air tiriss
- 4 buah tiang rab menandakan empat sudut penghunian
- Jarak antara ketiang 3,5 m
- Lantai bangunan induk terdiri dari tiga lantai : Lantai pertama memiliki tiga pintu masuk, satu bagian selatan dan dua bagian timur, 16 daun jendela , dua mimbar , dan satu tempayang besar. Mihrab berukuran tinggi 2,20 4cm, tinggi belakang 1,80 m. tinggi depan 2,05 m, Panjang 1,60 m. Mimbar Khatib lebar 1, 10 m, tin4ggi 2,20 m, tinggi depan 1,70 m, Panjang 2,30 m. Jarak antara kedua mimbar ini 60 cm,
7. Model konstruksi tiang masjid djami’ terbuat dari bagian jenis antara lain kulim, putal, ubau dan lain sebagainya
8. Lantai dua memiliki 8 jendela tinggi dari lantai pertama 12cm
9. Lantai 3 memiliki 4 jendela ketinggian 6 m dari lantai 2
10. Gonjang mighrab setinggi 2 m dan gojang masjid 3 m.
C. Makna ukiran masjid
- Pada dua buah tiang induk ada kaligrafi bayangan yang bertulisan “ BASMALLAH “ dan BISMILLAHIRRAMANIROHIM”
- Pada mimbar khatib ada kaligrafi
- pada mimbar imam ada kaligrafi
- pada tempayang besar ada ukiran dalam variasi yang sama
- pada setiap segi 4 atap ada ukiran dalam variasi yang sama
- segi empat Menara juga mempunyai ukiran dalam variasi yang sama.
- lesplang pada empat sisi masjid ada ukiran dalam variasi yang sama
- Drs. A. Latif Hasyim, dalam seminar sejarah masjid Jami’ 22 januari 2010 menyebut bahwa “masjid ini merupakan bangunan kuno dengan ciri khas konstruksi melayu dan cina. Kita banding dengan masjid Jl. Kerbau dibijing cina, ada persamaan” ujar penulis.
- pada dinding masjid ini terdapat beberapa motif, antara lain :
- Motif ukiran asli melayu Kampar : yang terdapat pada dinding masjid jami’. Motif ini bunga tengah dan motif anyaman terawang
- Motif bunga matahari : biasanya dipakai untuk bunga tengah dan bunga induk yang dapat menginspirasi bentuk motif bagian kiri dan kanan. Atau ornament lainya. Motif ini melambangkan keindahan, kebersamaan, dan keceriaan.
- Motif daun melingkar : melambangkan perpaduan, kekompakan dan keharmonisan menuju kebulatan tekad untuk mewujudkan suatu keyakinan. Motif ini juga melambangkan kehidupan ibarat matahari yang diawali dengan terbit (muncul) dari bawah kemudian naik (ke atas) lalu turun ke bawah tenggelam (sirna)
- Motif anyaman terawang : yang banyak terdapat pada anyaman tikar pandan alas sholat serta kantong pandan (kampie) dan sumpit Artinya : Melambangkan kehidupan perlu diisi dan di selang selang serta saling mengisi antara kepentingan lahir dan batin, kepentingan duniawi dan ukhrawi, kepentingan keluarga dan masyarakat dan lain lain.
- Motif sulaman pandan (terawang) ini juga menggambarkan pentingnya kerjasama, saling isi mengisi dan kekompakan masyarakat. Motif ini juga melambangkan bahwa saling pendapat itu soal biasa dalam masyarakat, apabila dihimpun dan disatukan untuk diolah sedemikian rupa, akan membawa hasil sangat baik. Indah dan kokoh.
- Motif pucuk rebung adalah cikal bakal yang akan menjadi bambu. Rembung sebelumnya menjadi bamboo ada lunak, lalu dari waktu ke waktu berubah menjadi keras (menjadi bamboo/pohon)
- Motif ukiran asli Kampar bunga mangis yang yang disusun berjejejer (ukiran tembus berfungsi sebagai ventilasi), sedangkan bagian atasnya terdapat ukiran disebut gasiong-gasiong (gasing) berfungsi sebagai ventilasi dan keindahan.
- Motif gasiong: gasiong adalah jenis alat mainan anak melayu Kampar, gasiong baru bisa berfungsi/dimainkan apabila ia diputar semakin kuat/laju putaranya, maka semakin lincah dan indah gerakannya. Ini melambangkan bahwa dalam hidup kita perlu bekerja, bergerak terus dan kreasi.
- Pucuk rebung : Sumber daya alam
- Motif bunga manggis: melambangkan keindahan dan kesuburan serta kekuatan lokal (yang kompak). Bunga manggis merupakan cikal buah manggis yang digemari oleh semua orang karena enak rasanya. Mangis adalah lambangan sebuah kejujuran apa yang Nampak diluar, perlu kejujuran dan ketulusan demikian pula berlamal.
- Motif sayap-sayap itik pada atap seng
- Motif Kelok paku
Menurut Drs. A.Latif Hasyim, masjid jami’ ini seumur dengan masjid demak di jawa timur. Masjid demak berkembang dengan baik, dilengkapi perpustakaan, balai kesehatan, lapangan olahraga, ruang Pendidikan dengan diisi pengajian dari beberapa kelompok pemuda demi kemajuan.
Harapan : semoga dengan terbitnya sejarah masjid jami’ ini pembaca juga merasakan dampak positif dan juga membangkitkan lagi energi baik yang ada di masjid jami’. Selain Beribadah Pastinya, Mari bersama-sama menjaga dan juga menjadikan masjid tertua ini menjadi pariwisata yang membantu penghasilan masyarakat desa Tanjung Berulak.

.jpeg)
