
Desa Tanjung Berulak merupakan desa yang kental akan tradisi nya, namun seiring berkembangnya zaman banyak tradisi yang sudah hilang, guna mengingat kembali tradisi yang sudah dipertahankan nenek moyang kita, mahasiswa Universitas Lancang Kuning melalui bina desa selama 4 bulan membuat program kerja mengumpulkan tradisi - tradisi yang ada di desa Tanjung Berulak kecamatan Kampar kabupaten Kampar.
Mahasiswa Universitas Lancang Kuning fakultas Ilmu Budaya prodi Sastra Daerah telah mewawancarai niniak mamak untuk mengumpulkan tradisi yang ada di desa Tanjung Berulak pada tanggal 12/02/2025.
Tradisi dilakukan secara turun terumurun yang sering dilakukan masyarakat yang sudah melekat dan menjadi kebiasaan masyarakat.
Adapun tradisi di desa Tanjung Berulak sebagai berikut:
1. Balimau Kasai
Balimau Kasai merupakan tradisi turun temurun yang masih dilakukan oleh masyarakat Kampar khususnya desa Tanjung Berulak, tradisi ini dilakukan sebagai penyucian diri untuk memasuki bulan suci ramadhan. “Dahulu di desa Tanjung Berulak
ini tradisi Balimau Kasai berjalan dengan Syariat Islam, namun sekarang larangan atau ajarannya sudah jarang digunakan, dahulu tempat mandi Balimau Kasai antara laki-laki dan perempuan dibedakan lalu diberi pembatas, masyarakat gotong royong untuk membuat pembatas,” kata ustad Fahrudin. “Balimau Kasai dahulunya menggunakan beras yang digiling halus menjadi tepung dan air rebusan limau purut, setelah Balimau itu ketika masyarakat pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat tarawih maka satu masjid itu akan wangi semerbak, karena rempah wangi Balimau Kasai itu,” ujar Bapak Fauzan. “Tradisi Balimau Kasai dahulu ada sampan hias untuk diperlombakan guna menyambut bulan suci Ramadhan, dilakukan pas hari Balimau Kasai namun sekarang sudah dihilangkan karna pulau tempat pemberhentian sampan hias sudah hilang/terbenam,” ujar Datuk Asral DS.
2. Calempong
Calempong merupakan salah satu alat musik tradisional yang masih digunakan pada masyarakat Tanjung Berulak, Calempong adalah alat musik pukul yang dahulu terbuat dari logam namun sekarang sudah terbuat dari seng yang berbentuk seperti gong kecil. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul mengikuti ritme yang telah dibuat. “Calempong ini dimainkan ketika penobatan niniak mamak dan penyambutan bulan puasa, Calempong memiliki nada yang khas, dahulunya pemain Calempong tiap suku memiliki pemainnya, namun sekarang pemain Calempong disewa dari luar desa dibayar 200rb/malam,” ujar Darusman/Datuk Bijak Persukuan Piliang Piangan.
3. Basiacuong
Basiacuong merupakan bahasa lokal atau dialek yang digunakan di desa Tanjung Berulak. “Basiacuong dilakukan ketika adanya pernikahan seperti penyambutan kedatangan mempelai laki-laki ke rumah mempelai wanita. Serah terima anak kemenakan laki-laki kerumah perempuan dan diserahkan ke niniak mamak keluarga perempuan,” kata Mus Mulyadi. Basiacuong yang berarti sanjung-menyanjung makna sanjung-menyanjung ini termasuk bentuk penghormatan dan kehalusan dalam berkomunikasi pada masyarakat tanjung berulak, sesama masyarakat. Gaya bertutur basiacuong biasanya menggunakan dialog dan bermusyawarah adat, yang menggunakan bahasa penuh makna dalam bentuk petatah petitik ataupun pantun. manfaat basiacuong mempererat silaturahmi, kebersamaan dan menyampaikan nasehat pelajaran moral.
4. Manjolang
Tradisi Manjolang dilakukan sebelum bulan puasa guna mempererat silaturahmi, menghormati niniak mamak, serta melestarikan nilai-nilai budaya sebagai bentuk rasa syukur. Menjolang berasal dari bahasa melayu yang berarti mengunjungi, seperti mengunjungi keluarga, kerabat, saudara jauh,dan lain-lain. Tradisi manjolang dilakukan oleh orang yang sudah menikah ketika memasuki bulan puasa, mereka harus membawa kue atau makanan ke rumah mertua (kekeluarga lelaki) Selama Kunjungan mereka saling memaafkan lalu menikmati hidangan yang sudah disajikan,” datuk H.Nasir.
5. Menjenguk anak lahir
“Dari keluarga suami datang ketika istrinya melahirkan dengan membawa pisang, kue-kue, kado, sabun, dan peralatan untuk bayi. jika dari keluarga berada (Mampu Materi) mereka akan memberikan bayi tersebut uang untuk membuat pesta kunjung mengunjung. Ada juga yang memberikan induk ayam yang kalau ayam itu beranak bisa dijual dan dibelikan kambing/kerbau. Tradisi ini merupakan tradisi 50 atau 60 tahun yang lalu, kalau punya anak, keluarga akan memberikan hewan ternak agar berkembang, akan tetapi, tradisi ini sudah mulai punah dan hilang,” kata pak Fauzan.
6. Lemang tepung
Setiap lebaran haji orang-orang selalu membuat tepung dari bambu, lemang dibuat dengan cara dikerjakan bersama-sama atau bergotong royong. Tetapi sekarang tidak ada lagi disebabkan bahan baku yang mahal dan jiwa gotong royong itu sudah tidak ada. Di Zaman modern saat ini Lemang tepung ini dibuat oleh orang berduit atau orang berada saja karena mereka akan membayar orang untuk membuat Lemang tepung tersebut,”ujar bapak H.Nasir.
7. Golang Kosek
“Golang Kosek adalah salah satu bagian penting dalam acara bertunang atau pertunangan di Kampar, Riau. Golang Kosek diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan sebagai simbol ikatan dan komitmen dalam hubungan mereka.Dalam acara betunang, Golang Kosek biasanya diberikan oleh calon pengantin laki-laki kepada calon pengantin perempuan sebagai tanda bahwa mereka telah berkomitmen untuk menjalin hubungan yang telah serius.Golang Kosek adalah gelang perjanjian yang terbuat dari batu dan berbentuk agak besar. Gelang tersebut digunakan sebagai tanda atau bertunang, Golang Kosek itu tidak seberapa tapi, denda nya kalau mengingkari bias satu ekor kerbau,”ujar Datuk Ompek Irwan. Golang Kosek dalam acara betunang di Kampar memiliki makna yang mendalam, seperti ;1). Simbol ikatan : Golang Kosek melambangkan ikatan antara dua orang yang akan menjalin hubungan yang lebih serius 2). Simbol komitmen : Golang Kosek melambangkan komitmen antara dua orang untuk menjalin hubungan yang lebih serius 3). Simbol cinta : Golang Kosek melambangkan cinta dan kasih sayang antara dua orang. Dalam acara bertunangan, Golang Kosek biasanya diberikan bersama dengan Mahar atau mas kawin, yang merupakan simbol dari keseriusan dan komitmen pihak laki-laki dalam menjalin hubungan dengan pihak perempuan.
8. Pemakaman
Dari pendapat datuk Irwan tentang letak pemakaman sesuai dengan suku yang terdapat di Kenegerian Air Tiris. Sedangkan pendapat mengenai pemakaman yang berada di depan perkarangan rumah itu khusus untuk keluarga agar lebih dekat untuk berziarah. Sedangkan kuburan persukuan bersifat umum , jadi bisa diperbolehkan untuk orang pendatang dan pedagang jika sudah meninggal mereka akan memberikan perhatian lebih kepada almarhum dan keluarga yang bukan sesuku itu. Kadang-kadang di pemakaman umum sudah padat dan kebetulan keluarga memiliki tanah yang luas yang biasa menjadi tempat pemakaman untuk keluarga.
9. Duduk Di Polopow Atau Pale-Pale
Masyarakat dan datuk-datuk sering sekali berkumpul di pale-pale atau Pendopo untuk bercanda gurau serta melepas penat, bermain calempong dan kompang. Pandopo ada di deretan sungai dan juga berfungsi sebagai tempat penantian ketika ada yang mandi di sungai. Balai-balai ini sudah lama didirikan ada yang bilang, sudah ada pada saat adat itu ada. Pandopo atau balai-balai ini didirikan untuk berbagai hal contohnya, ada paman dan keponakannya (perempuan), ponakan tersebut mandi di sungai jadi pamannya menunggu di balai-balai. Balai-balai tersebut banyak berada di pinggir sungai. Balai- balai atau pandopo juga menjadi tempat bersenda gurau dan tempat bertukar pikiran. Di Zaman dulu pandopo terbuat dari batang pinang atau bambu khusus dan direndam beberapa hari agar menghasilkan bambu yang kokoh dan tidak dimakan oleh rayap.
10.Bakayek
Bakayek merupakan salah satu tradisi yang turun temurun dilakukan oleh masyarakat Tanjung Berulak, Bakayek artinya hikayat yaitu dongeng-dongeng atau cerita rakyat. Namun bakayek ini lebih fokus ke cerita-cerita para nabi terkhusus nabi muhammad.
.jpeg)